Sudah Nikah Jangan Lebay Ahhh….

“Ternyata nikah itu enaknya cuma 5%. Yang 95%? Enaaaak sekali..” status seseorang yang baru aja nikah.

“Lagi nyiapin sarapan buat suami tercinta nih.. semoga my hubby senang..” status seseorang yang lain lagi.

“ Pagi sayangku, cintaku…I love you istriku…” wall seseorang di facebook istrinya.

“ Lagi nemenin istri belanja…tugas pertama sebagai suami yang baik.” Tulis yang lainnya lagi.

Belum lagi foto-foto mesra baik sebagai foto profil atau pamer foto-foto jalan-jalan.. Huff…

Menikah bagi yang baru saja melaksanakannya memang menjadi suatu kebahagiaan tersendiri. Berubah status, berubah nuansa kehidupan dan masih banyak lagi yang lainnya. Banyak cara untuk mengekspresikannya dan sah-sah saja karena memang ditujukan kepada seseorang yang sudah sah.

Tapiiii….. tak jarang bentuk ekspresi seperti itu terkesan lebay, berlebihan. Haruskah ekspresi sayang dan bentuk perhatian serta aktifitas keseharian dengan suami/istri dituliskan di media umum? Atau mungkin memang pengen diketahui aktifitasnya ?

Kalau ada yang bilang salahkah hal itu? Kan aku tulis di facebook-ku sendiri atau di facebook suami/istri sendiri bukan suami/istri orang lain?

Teman….. Tak selamanya apa yang kita lakukan harus dinilai dengan benar atau salah. Kita tentu sadar bahwa teman-teman yang ada di facebook berasal dari berbagai macam karakter manusia, mempunyai berbagai latar belakang yang tak sama, mungkin juga kondisi yang kurang beruntung dibanding kita.

Toleransi. Itu yang ingin saya sampaikan. Diantara teman-teman di facebook, ada yang belum beruntung dipertemukan dengan jodohnya. Boleh jadi dia lebih khusyu’ dalam berdoa, lebih besar penantiannya dalam mendambakan belahan jiwa, namun Allah belum mengijinkan dia menikah. Bayangkan betapa merindunya dia. Diapun pengen sekali mengatakan betapa bahagianya dia menikah, mempunyai suami/istri dan berbagai aktifitas yang semuanya bisa bernilai ibadah.

Bagaimanapun karakter dia, ketahuilah sedikit banyak ada rasa cemburu dengan kemesraan yang ditunjukkan melalui jejaring sosial seperti facebook. Kalau sudah begitu tegakah kita (bagi yang sudah menikah) membuat saudara sendiri cemburu, membuat dia mengangankan kapan tiba waktunya menikah, atau yang paling buruk membuat dia tidak sabar menanti. Bisa jadi dia berkata “ Ya Allah kapankah tiba waktuku? Berapa lama lagi hamba harus menunggu..”

Di sisi lain, kita juga harus berpikir. Untuk apa sih mengumbar kemesraan di dunia maya? Agar semua orang tahu kalau kita sayang banget sama suami/istri? Ingin semua orang tahu kalau kita adalah suami/istri yang baik? Lalu setelah semua orang tahu, apa manfaatnya bagi kita?

Bukankah sebaiknya kemesraan itu lebih kita maksimalkan dalam bentuk kasih sayang di rumah, sementara di luar rumah jangan pula terlalu banyak mengumbar kemesraan. MEMANG SUDAH HALAL, namun TIDAK AHSAN alias GAK BAIK bro n sist.. Bukankah kemesraan itu selayaknya tidak jadi bahan konsumsi umum. Iya kalau bener-bener seperti itu. Kalau ternyata hanya untuk menutupi kekacauan yang ada di rumah tangga, lalu terbongkar aslinya maka akan lebih memalukan lagi.

Tidakkah cukup suami/istri kita saja yang merasakan kasih sayang dan mengakuinya. Tak perlulah berkoar-koar di jejaring sosial. Sama tak perlunya juga menuliskan aktifitas keseharian di facebook.

Kita boleh bilang ”status, status gue, nulis di facebook gue, kenapa elu yang sewot?”
Maka orang lain-pun juga bisa bilang “ facebook, facebook gue, gue yang baca sendiri, kenapa status elo yang norak mampir di facebook gue.. gak penting banget.. gue unfriend ajalah..”

Teman, kita juga perlu untuk bertoleransi di dunia maya. Tidak perlulah terlalu sering menulis status-status yang mengumbar kemesraan , komen-komen yang genit dan menggoda, juga kalau bisa hindari upload foto-foto kemesraan dengan pasangan. Hargai perasaan teman-teman kita yang belum menikah. Bukan mereka tak mau, bukan mereka tak laku tapi yakinlah bahwa Allah punya rencana yang terbaik bagi mereka. Jangan kita mendzalimi saudara kita. Mari doakan saja saudara, keluarga dan teman-teman yang belum menikah agar segera bisa ditakdirkan menikah. Bagi yang sudah menikah kita doakan semoga semakin bertambah barakah.

Selanjutnya, ketika mengumbar kemesraan dengan pasangan yang halal saja perlu berhati-hati, apatah lagi kemesraan dengan yang tidak halal.

#kodexxvii-oi-mmx-

155 thoughts on “Sudah Nikah Jangan Lebay Ahhh….

  1. klo sy sih simple aj.. “silahkan pakai hak pribadi di ruang2 pribadi/privat, dan pakai etika publik di ruang2 publik”. Jangan terbalik2 dan seolah2 tdk beretika.

    contoh ekstrimY: percumbuan sumi (suami-istri) itu kan sah2 sj.. bahkan bernilai ibadah, tp ktika d lakukan d ruang publik y.. bs jd masalah (krn trjerat UU pornografi)

    klo sepasang sumi sadar “hal2 itu” mrpkn aktivitas pribadi.. y cukup lakukan d ruang privat & pakai sarana privat sj lah.

    dari mana kita tahu itu aktivitas pribadi atau publik?
    y.. identifikasi saja, “aktivitas yg kt lakukan itu hal yg halal klo d lakukan oleh kita kpd smua org, atau hanya halal klo d lakukan thd pasangan kita”.
    KALAU HANYA HALAL JIKA DILAKUKAN KEPADA PASANGAN KITA, DAN MNJADI HARAM KLO DILAKUKAN KEPADA ORANG LAIN.. ITU BERARTI HAL2 PRIBADI.. SO.. SILAHKAN PAKAI HAK PRIBADI & LAKUKAN DI RUANG PRIBADI (PUN KALAU TTP MO EKSIS dg ber NARSIS ria d ruang publik, y.. di limitasi aja dg custom private di FB)

    tp klo sy pribadi sih, cukup lakukan aj d ruang2 pribadi & hanya kami yg tau. Toh.. niatY liLlahita’ala kok (malaikat gk akn salah catet).
    secara sy jg bukan artis & pejabat publik (yg hrs mmberi penjelasan k publik apapa yg sy buat).

    KayakY msh trlalu banyak cara lain yg lebih ahsan u memotivasi orang lain.. dan BUKAN MALAH MENGINTIMIDASI.

    kembali: “silahkan pakai hak pribadi di ruang2 pribadi/privat, dan pakai etika publik di ruang2 publik”. Jangan terbalik2 dan seolah2 tdk beretika.
    terimakasih sdh membaca.

    • terimakasih sudah menambahi.. ibarat kita hidup dalam masyarakat dan kita punya rumah, tentu saja ada hal-hal yang hanya kita lakukan di dalam rumah, tapi ada juga aktifitas yang kita kerjakan di teras atau serambi. nah yang di teras atau serambi ini tentu saja bukan area privasi tetapi sudah area umum. memang benar itu rumah kita sendiri, tapi bila ada aktifitas di tera yang juga bisa dilihat orang lain maka kita perlu juga berhati-hati. Ini di rumh sendiri lho.. apalagi di tempat umum.. memang benar kita harus bijak dalam memakai hak pribadi di ruang pribadi maupun di ruang publik.

  2. ini postingan bagus sebenarnya,cuma yang komentar pada 80% pemikirannya dangkal semua,untuk penulis harap sabar aja gan,ane setuju maksud dr postingan diatas,intinya agar lebih bijaksana dalam mengupdate status di Fb,umbar kemesraan sah sah aja mau yg sudah resmi atau yg masih pacaran,SELAMA MASIH DALAM TAHAP WAJAR,tapi klo sudah kelewat wajar,apalagi sampai buat status pada saat mau buat makanan untuk pasangan,wah itu sih udh terkesan norak,dan yg pasti tdk lain yg update status hanya ingin di komentar sebenarnya,dan saya yakin di dunia nyata si pembuat status tdk seperti itu kemesraan yg di tampilkan,dan terpikir gak sih dr kalian yg gak setuju sama si penulis,klo pasangan kalian spt itu,berarti gak ada kerjaan selain main Fb,apa2 buat status di fb,dalam 24 jam sehari mungkin setengahnya dihabiskan buat main Fb..??,apakah ini pasangan yg kalian mau..??,bukankah justru pasangan kita gampang mudah terpengaruh orang lain,meskipun update status di wall pasangan kita sendiri,dan bukankah bisa terjadi perselingkuhan..?,coba tanya hati kalian masing2

  3. Facebook dibuat agar bisa menghubungkan orang satu sama lain,walaupun orang itu ada di ujung bumi,jadi gak mungkin klo teman kalian di facebook hanya pasangan anda,pasti anda terkoneksi dengan orang lain juga,jika tdk percaya silahan cek inbox masing2 Fb pasangan kalian tiap menit,pasti ada saja orang yg menggoda pasangan kalian,walaupun kalian dan pasangan kalian sering mengumbar kemesraan,atau bisa jadi justru diantara kalian sendiri ada yg sering menggoda pasangan orang lain,disinilah yang saya maksud keseringan main Fb justru bisa membuat hubungan mesra kalian dgn pasangan yg di umbar di Fb,bisa hancur dengan sendirinya,tipe kemesraan seperti ini kah yg kalian mau…

    • Terimakasih mas irfan atas apresiasinya.. Memang tulisan ini saya buat agar menjadi perhatian saja. Untuk berusaha memahami mereka yang belum mampu untuk menikah. Menurut saya akan lebih mudah bagi yang sudah mampu menikah untuk memahami mereka yang belum mampu menikah daripada sebaliknya. Toh tidak terlalu bermanfaat, saya kira, mengumbar kemesraan di muka umum, termasuk di sosial media. Apalagi jika nanti bisa menimbulkan suatu interaksi yang intens dengan yang bukan pasangan halal dan bisa menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan oleh pasangan ( salah satunya terjadi perselingkuhan ).

  4. Assalamualaikum..
    terimakasih sebelumnya.. saya share terus ni tulisan ini.. saya suka banget.. smg bemanfaat ya..

    jazaakumullaahkhairaa

  5. Mba, apa ga sekalian disebutin contoh postingan yg ga seharusnya ada di FB? Misal tdk upload foto lucu anak-anak kita demi menghargai yg blm punya anak, kasihan jd sedih krn blm punya. Trs tdk upload foto / status jalan2 atau melancong krn bisa bikin pengen orang yang ga /jarang berpergian selain itu jg terkesan pamer. Trs jangan curhat / berdoa utk Tuhan di FB (emang Tuhan punya FB!). Lhaa…! Mending tutup aja deh FB nya sekalian. Beres n aman!.

    • Mba?Mohon maaf Adminnya laki-laki mbak.. 😀

      Dalam tulisan ini hanya menyoroti hal-hal yang terlalu over. Foto lucu anak-anak saya kira selama dalam batas wajar tidak menjadi masalah. Foto jalan-jalan selama itu tidak terlalu over acting juga tidak masalah.

      Sama halnya kayak kita hidup bertetangga. Peluk-pelukan antara suami-istri di rumah kan gak bakalan dipermasalahkan oleh tetangga. Tapi bagaimana kalau ditunjuk-tunjukkan di depan rumah yang mana banyak tetangga melihat? Apakah jika hal itu terjadi justru kita yang mau pindah rumah. Bukankah lebih baik mengingatkan mereka agar lebih menjaga aktifitasnya. .. Saya rasa akan naif juga jika orang yang diingatkan justru marah dan menyuruh kita pergi. Mana toleransinya jika begitu.. Setiap kita memang punya hak pribadi, tetapi juga punya kewajiban terhadap orang lain. Dan (sangat sering) kewajiban kita merupakan hak orang lain.

  6. Akan lebih bijak kalau tulisan ini ga dibatasi lebay orang kawinan saja, tapi juga lebay orang pacaran.

    Saya setuju pendapat Saudara tentang toleransi, tapi saya juga paham euforia orang kawinan. Apalagi kalau dalam Islam, lebay suami-istri diganjar pahala berupa ampunan 20 dosa. Mungkin mereka terlalu over mengekspresikannya.

    Saran saya, daripada bersikap negatif, bersikap positif saja. Allah menjamin setiap pikiran positif kita akan jadi doa. Termasuk jika kita melihat kemesraan suami-istri. Walaupun membikin risih, positifkan saja bagi diri sendiri agar ia menjadi doa yang baik bagimu. Bukan berarti saya bilang Saudara tidak pernah berdoa, tapi semakin variatif bentuk doa kita bukankah lebih berwarna?

    • Terimakasih atas masukannya. Saya lebih menyoroti kepada yang sudah nikah, bahwa ketika sudah halal pun aktifitas berdua perlu diperhatikan apatah lagi bagi mereka yang berpacaran.

      Mohon maaf bisakah disebutkan dalilnya kalau lebay suami istri diganjar 20 kali. Lebay itu bukankah kata lain berlebihan? Dan kita tentu sudah tahu bahwa Islam melarang ummatnya berbuat sesuatu yang berlebihan.

      Sebenarnya tulisan ini dibuat agar kita lebih berhati-hati dalam bertindak. Bukankah akan lebih mudah bagi kita yang sudah menikah menahan diri untuk tidak menimbulkan rasa iri bagi mereka yang sangat ingin sekali menikah tetapi belum jua diijinkan-Nya. Berpikir positif itu memang akan menenangkan. Tetapi bertindak hati-hati juga tidak kalah pentingnya. 🙂

      • Entah kenapa, alih-alih mencari hikmah, jawaban Saudara lebih cenderung mencari lawan debat. Apa yang Sebenarnya Saudara sanpaikan untuk menjawab komentar saya itu masih sejalan dengan yang saya sampaikan, tapi ada kecenderungan nalar yang diputar-putar. Baiklah, saya mundur dari obrolan. Ember yang merasa sudah penuh, tidak akan bisa dituang air lagi 😉

      • Terimakasih atas partisipasinya. Tidak ada maksud saya mencari lawan debat. Lebih baik mencari kawan.. dan menurut saya perbedaan pendapat itu hal biasa.. saya menerima dengan senang hati apapun komentar mengenai tulisan ini.. tapi ijinkan saya untuk sedikit menyampaikan maksud tulisan ini melalui balasan terhadap komentar yang anda sampaikan.. Tak lupa saya ucapkan terimakasih atas pandangan anda.. mencerahkan.. Saya masih punya banyak ember yang kosong jika dibutuhkan.. 🙂

  7. komentator diatas yang bernama”laila”,sepertinya tidak mengerti maksud dr penulis terhadap postingan ini,penulis sudah memberi jawaban atas pertanyaan dia,malah di anggap hanya mencari lawan debat,hadehh…laila oh laila anda ini terlihat pintar diluarnya saja tapi otak anda aslinya bodoh bin goblok,segala bawa nama tuhan lagi,ckckckckck

  8. Assalammu’alaikum….maaf mas saya belum minta izin share. Terimakasih sudah membuat artikel ini, ini bisa jadi warning buat yang belum menikah dan saran bagi yang sudah menikah (yang agak lebay) . Saya kemarin sharing artikel ini di FB dan lumayan menimbulkan perdebatan, salah satunya saya dianggap memojokkan orang yang menikah dan dianggap belum mengetahui nikmatnya menikah. hehe lucu rasanya mas. Demikian sharing saya, saya suka sekali artikel ini.

  9. yg nulis kayanya blm dpt jodoh nih, kayaknya bro ini lg tertekan, sabar mas, dunia maya memang kejam, jgn diambil ati, namanya jg maya mas, berdoa yg bnyk aja iar dprtemukan jodohnya,, ayo teman2 yang lain mari ikut mendoakan! (dunia maya bebas bos! sumpah lo mau nyanggah apapun gak bakal ngaruh di dunia maya mah,)

    • untuk no name :
      Alhamdulillah saya sudah menikah. postingan inipun dipublish ketika saya sudah menikah. jadi ini adalah tulisan sebagai pengingatan saja bahwa ketika sudah menikah tetaplah berlaku sewajarnya saja, tidak usah berlebihan. saya selalu menekankan kata ‘berlebihan’ karena kalo hal yang sewajarnya saja tentu kita juga masih memaklumi.. 🙂
      memang tulisan ini terlalu riskan jika diposting oleh yg belum menikah..salah satunya akan dianggap seperti yg anda tulis.. tapi setiap orang punya pendapat. dan perbedaan pendapat itu wajar..

  10. wa’alaikumsalam..tidak apa-apa.silahkan saja selama itu ada manfaatnya. 🙂
    ya memang banyak tanggapan yang berbeda-beda. tapi tidak mengapa , setiap orang punya pendapatnya masing2… 🙂

    • Terimakasih atas kunjungannya.. Niatnya adalah saling mengingatkan saja mas bahwa bisa jadi sesuatu yang bagi sebagian orang bukan suatu masalah tetapi bagi sebagian yang lain menjadi hal yang perlu diperhatikan..

  11. Betul, saya setuju, sesuatu yang berlebihan itu gak baik. Terkadang post lebay tsb mlah bikin org lain jadi eneg.biarlah kemesraan RT hny untuk konsumsi pribadi saja. Karna siapapun diantara qt tdk ada yg tau selama apa umur jodoh pernikahan kita, gmn kl sudah lebay2 dawal eee ujung2x cerai jga, jadi tengsin kan! Orang2 justru malah ngetawain ‘loe juga si, dulux takabur’, gt. Memang mempost sesuatu itu hak tiap org, tapi orang lain jga punya hak yg sama untuk dpt kenyamanan serupa. Sekali jangan lebay! Ini juga buat instropeksi diri sendri, untuk jgn lebay

  12. kalo gak berlebihan, menurutku boleh aja sih kalo sekedar post lagi mau ngapain. Itulah fungsi social media. Kecuali bagian mengumbarnya, emang gak baik.
    Secara pribadi kalo cuman “nemenin istri belanja” ato “sarapan dibikinin istri rasanya lebih nikmat” has no problem.
    Nah menentukan batas bisa disebut yang mengumbar itu cukup susah karena ini termasuk ranah perasaan, relatif tergantung orang. Treshold bisa tinggi untuk seseorang tapi bisa rendah untuk orang lain.

    Tapi untuk masalah toleransi, ini yang salah kaprah. Really. Semua roang gak paham soal toleransi tap sok tau soal toleransi.
    Toleransi = membiarkan. Jangan dibikin artian yang lain. Bukan berarti harus mengikuti kehendak orang lain.

    Kalau orang bilang “facebook, facebook gue, gue yang baca sendiri, kenapa status elo yang norak mampir di facebook gue.. gak penting banget.. gue unfriend ajalah..” ya terserah.
    Dari hal ini yang bisa kukonfrontasi:
    1. dia terlalu kekanak-kanakan dan memahami sesuatu dengan basis perasaan.
    2. facebook gue <– wrong, you only own account so you don't have privilege over facebook.
    3. kenapa status elo yang norak <– norak adalah relatif, termasuk ranah perasaan dan gak bisa diukur. Manusia terkadang menuduh norak ketika gak suka dengan keadaan yang membuat perasaannya sakit. Ya, perasaan lagi.
    4. kemudian kemunculan post di facebook diatur oleh sistem facebook. Terdapat rules tertentu sehingga dari sekian banyak teman memiliki bobot kemungkinan berbeda untuk muncul di newsfeed.

    Ignoring is simple, isn't it?

  13. Mungkin kalo share/publish hak masing2 orang dan fungsi dari sosial media itu sendiri adalah untuk sharing kan, di sosmed jg disediakan untuk update status, upload foto, video dsb juga untuk para pengguna sosmed itu sendiri. Mungkin tinggal kitanya saja yang maklum, dan untuk mengingatkan diri sendiri jika melihat hal yg berlebihan supaya kita tdk berlaku demikian jg di sosmed, sewajarnya saja 🙂

    • sosmed memang sebuah fenomena..yg tadinya area privat berganti menjadi area publik.tentu ini melibatkan si pelaku.artinya sesuatu itu mjd publik karena si pelaku sosmed dgn sengaja melakukannya.seakan segala yg ad pada dirinya layak dan pantas mjd konsumsi publik.atau lebih ‘sinis’-nya segala yg ad pada dirinya perlu dan penting untuk dishare, seolah hal tersebut dibutuhkan oleh semua teman di akunnya..kalo saya memandang sosmed layaknya rumah digital..jd perlu hati-hati memajang koleksi pribadi di depan rumah, kalo tidak mau disebut pamer.. kita jg perlu menasehati jika ad tetangga yg sering pamer tersebut agar meminimalkan gejolak sosial yg rentan terjadi..terlepas dr itu semua saya setuju bahwa setiap orang berhak berekspresi via sosmed, tp jika ad yg tidak suka maka kita jg wajib menghormatinya..terimakasih atas kunjungannya.. 🙂

  14. Sebelumnya banyak tulisan serupa yg beredar, & apa yg tertulis diatas ada benarnya, kita memang harus berhati2 dlm nge-share hal2 yg bersifat pribadi ke medsos, tp knp yha tulisan2 serupa ini terkesan lebih mementingkan yg membaca ketimbang yg menulis?…. Krn sering kali kita sudah tulis baik2, hanya krn sikon si pembaca yg lg gag tepat, yg harusnya bacanya biasa aja malah jd luar biasa. Apalagi kalau yg ditulis indah2, kebahagiaan orang lain, keberuntungan orang lain, bukannya kita harus ikut senang kalau sdr kita senang?…. Lantas kenapa kita harus sedih baca tulisan kebahagiaan orang lain hanya krn kita tdk sebahagia mereka?? Terlepas dari apa yg mereka tulis itu benar / tidak, aku percaya kl kita menyikapi tulisan2 yg kita baca dg baik, insya Allah gag akan ada tuh yg lebay2. Mungkin malah jd sama2 bs belajar lebih syukur atas apa yg kita punya, makin deket sm Allah krn makin kenceng do’anya biar lebih bahagia ky si fulan/fulanah. Tp itu kan hanya opini saia aja, krn tiap orang kan beda2… Wallaahua’lam.

    • saya setuju dengan bahwa kita seharusnya bahagia melihat saudara kita bahagia. tentu bahagia yg diekspresikan dgn sewajarnya..kita bahagia mengetahui bahwa teman kita sdh nikah.tp klo lantas bahagia itu diekspresikan dgn upload foto sedang berpelukan atau berciuman apakah itu wajar..di sini kita menyoroti hal yg berlebihan bukan yg biasa2 saja..
      mungkin tulisan ini terkesan lebih mewakili dr sisi pembaca, tetapi saya maksudkan lebih ke penulis.mengingatkan bahwa ad orang2 yg mesti kita jaga perasaannya.kan tidak semua orang bisa bersikap seperti mbak Nova..nah kpd mereka inilah kita perlu bertindak bijak..gak etis lah bila kita pamer mobil dan kekayaan di depan rumah bila tetangga depan rumah kita masih miskin.. jangan sampai kita mendzolimi orang lain hanya karena ingin eksis..

  15. Sebenernya lebih kembali ke hati masing2 saja, facebook ini lebih dilihat banyak manfaat atau mudharatnya..sekiranya banyak manfaat bisa terus dimanfaatkan namun jika sudah menuju kepada maksiat, lebih baik ditinggalkan..lebih baik membaca berita, buku, ilmu pengetahuan lainnya yang jelas banyak manfaatnya dibanding membaca status teman, yang kemudian membuat penyakit hati berupa iri, cemburu, nyinyir dan akhirnya berujung ghibah..Astahfirullah…sungguh hidup adalah pilihan..

  16. Pingback: Mengumbar Kemesraan di Sosmed? Bahagia Beneran Gak Tuh??

  17. Jujur aja saya sendiri jg kesel ama yg suka umbar kemesraan.
    Memang sih ada yang enak dilihat, nyenengin, lucu, biasanya saya like. Tapi nggak tahu ya, ada yang bikin kesel jengkel, seolah pengen mengabarkan pada dunia “ini lho suami/Istri aku” atau “ini lho aku sudah menikah Dan bahagia” atau “anakku keren/hevat/pinter kan?” Yg begini saya hide post Saya unfollow
    Mereka nggak tahu gimana yg belum dapat Jodoh, gimana yang udah/lagi proses cerai, atau suami/istrinya telah meniggal dunia, atau anaknya meninggal dunia…

    • sebenarnya solusinya adalah toleransi. sayangnya yang dituntut toleransi adalah mereka yang dalam posisi kurang beruntung (single, belum punya anak dll..)

  18. Ya Allah.. emang bikin penyakit hati. Istri adik iparku, dia orangnya baiiiik sekali, tapi kalau update status gitu mulu. Bukannya sy iri atau gak bahagia dgn suami/mertua, tapi ya Allah.. mungkin ini yang dinamakan saya bertoleransi dan dia tidak hahaha. Sampai sy hidden meski dia sudah jadi adik saya.

Leave a reply to irfan Cancel reply